Senin, 28 Oktober 2013

Berteman Yes!, Pacaran No!


Posted on  by Situs islam: www.almanhaj.or.id , www.alsofwah.or.id , www.muslim.or.id

Laki-laki dan wanita “ditakdirkan” untuk saling tertarik. Pesonanya kerap memberikan suasana yang lain daripada yang lain. Pokoknya, bikin hidup lebih hidup. Lihat deh iklan salah satu produk rokok untuk pasar remaja, edisi “jatuh cinta”. Bener-bener lain dari yang lain. Maksudnya, rasakan sendiri deh bedanya. Lho, kok nyuruh?
Hubungan yang terjadi di antara mereka pun nggak jarang bikin heboh. Bahkan banyak “diabadikan” melalui karya sastra dan seni yang bertebaran dalam puisi, lagu, film, dan juga dalam cerpen atawa novel. Dalam lagu misalnya, kayaknya nggak seru kalo nggak ada unsur hubungan antara dua jenis manusia ini. Kamu bisa lihat sendiri, banyak musisi yang menjadikan “kisah” hubungan antara kaum Adam dan kaum Hawa ini. Kisah cinta di antara keduanya pun senantiasa menjadi cerita tersendiri yang menarik untuk disimak. Kisah tentang kepedihan ataupun tentang kebahagiaan, kedua sisi itu tetap punya pesona.
Jelasnya, laki-laki dan wanita ibarat magnet yang berbeda kutub. Satu sama lain saling memiliki daya tarik. Kalo yang laki kutub selatan, maka yang perempuan sudah pasti kutub utara. Atau sebaliknya. Dua kutub ini pasti saling tertarik dan menarik. Kalo nggak saling menarik berarti ada apa-apanya. Misalnya, kedua magnet itu tidak saling berdekatan. Sebab, “hukum asalnya”, magnet hanya akan saling menarik bila masih dalam medan magnet yang bisa dijangkaunya. Kalo berjauhan dijamin kagak bakalan saling menarik. Coba aja, satu magnet sepatu kuda di letakkan di Bandung, dan magnet lainnya disimpan di Jakarta. Walah? He..he..he..
Sobat muda muslim, hubungan antara lelaki dan wanita selalu menarik perhatian. Bahkan ada teman yang bilang, bahwa intensitas pertemuan dua lawan jenis ini bisa menimbulkan “energi” lain. Seperti rasa senang, suka, cinta, bahagia, bahkan juga bisa kebencian. Wah, wah, wah. Kok?
Begini, lelaki dan wanita memang diciptakan dengan kondisi yang berbeda satu sama lain. Baik itu postur tubuh, cara bicara, cara berjalan, juga model suaranya. Wis, pokoke berbeda banget di antara keduanya. Itu pulalah yang kemudian dalam kehidupan sehari-hari memerlukan aturan baku yang bisa menjaga hubungan di antara keduanya.
Dalam batasan aurat misalnya, lelaki dan perempuan berbeda aturannya. Kalo perempuan sekujur tubuhnya adalah aurat, kecuali muka dan kedua telapak tangannya. Itu artinya, kalo keluar rumah, dan kalo ada lawan jenis yang bukan mahrom di hadapannya, maka auratnya wajib tertutup rapat. Kalo anak laki gimana? Wah, pasti kamu udah pada tahu dong. Yup, anak laki lebih “ringan”. Maksudnya cuma bagian pusar sampe lutut. Dengan begitu, anak laki kalo keluar rumah atau bertemu dengan lawan jenisnya kudu menutup daerah batas aurat tersebut. Kalo melanggar, ya berdosa, dong.
Sobat muda muslim, dalam kondisi di lapangan, kita memang nggak mungkin bisa menghindarkan diri 100 persen dari lawan jenis. Nggak. Nggak mungkin. Kalo pun bisa, gharizah an-na’u (naluri mempertahankan jenis) akan senantiasa hadir dalam diri kita. Bedanya, dalam hal kuat atau tidaknya gelombang perasaan tersebut. Mungkin kalo sering bertemu, gelombangnya makin kenceng, bahkan mungkin menandingi gelombang tsunami (emangnya bisa?). Tapi kalo jarang ketemu, bisa tenang. Terdeteksi sih, kalo ada gelombang perasaan itu, tapi tak sedahsyat kalo sering bertatap wajah atau dengerin suaranya di gagang telepon saat kita mengontaknya.
Nah, karena kita nggak mungkin hidup menyendiri, maka antara lelaki dan wanita juga bisa dibangun mitra kerja. Anggaplah untuk beberapa keperluan, kita bisa bekerjasama dengan lawan jenis. Dalam bahasa mudahnya, kita bisa berteman; entah di kampus, di pesantren, di sekolah, atau di antara pengurus pengajian di lingkungan tempat kita tinggal. Bisa aja kan itu terjadi. Dan memang mutlak terjadi. Hanya saja, perlu aturan main juga, biar nggak kebablasan. Sebab, adakalanya di antara kita yang lupa dan nggak ngeh. Mentang-mentang berteman, tapi yang terjadi adalah gaul bebas. Kan itu bahaya binti gawat, iya nggak? Jadi hati-hati deh!
Berteman dengan lawan jenis
Sebut saja Rina, anak kelas 3 SMU ini terkenal sering curhat sama Ferry, teman sekelasnya. Bagi Rina, punya teman curhat lawan jenis betul-betul mengasyikkan. Alasan beliau, kalo dengan anak cewek lagi suka nggak enak ati. Masih ada perasaan ragu dan khawatir. Apalagi kebetulan temen-temen Rina mulutnya lebih dari satu. Maksudnya doyan ngegosip ke sana kemari. Jadi Rina nggak mau curhat sama temen ceweknya itu. Sebab, terlalu berisiko. Jangan-jangan masalah dirinya bakalan diobral kepada siapa aja. Kan malu. Itu sebabnya Rina lebih percaya sama anak cowok. Menurutnya, anak laki nggak banyak omong. Lagi pula, berdasarkan pengalamannya, Ferry amat ngertiin kondisi dirinya. Karuan aja, itu membuat Rina makin percaya sama anak cowok sekelasnya itu. Maklumlah, anak cowok kan berbeda dalam mengendalikan emosinya ketimbang anak cewek. Benarkah?
Jadi deh, Rina lengket sama Ferry, bahkan punya lagu kebangsaan segala. Apalagi kalo bukan lagu Sobat-nya Padi. Wah, Rina-Ferry ini deket banget bergaulnya. Meski mereka menampik kalo hubungan keduanya adalah pacaran. “Nggak kok, kita cuma berteman,” kilah Rina. Hmm…
Sobat muda muslim, Allah memang menciptakan dua jenis manusia ini. Bahkan bukan hanya itu, Allah Swt. telah menciptakan manusia ini menjadi bersuku-suku dan berbangsa-bangsa. Tujuannya adalah untuk saling mengenal. Firman Allah Swt.:“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal.” (TQS al-Hujurât [49]:13)
Tapi jangan salah, meski tujuan kita adalah berteman, tapi tetep kudu mematuhi rambu-rambu pergaulan. Maklum, dengan lawan jenis kan ada “magnetnya”. Khawatir nggak tahan godaan. Entar “kecebur” aja. Bahaya banget. Itu sebabnya, nggak boleh sesuka kita dalam berbuat. Tapi ada aturan mainnya. Nah, karena kita adalah seorang muslim, maka tentu saja yang dipakai adalah aturan Islam. Bukan aturan lain. Pastikan standarnya adalah Islam.
Berteman dengan lawan jenis, bukan berarti secara ‘saklek’ haram. Nggak. Silakan saja, asal masing-masing memegang prinsip pergaulan yang diajarkan Islam. Sebab, berteman adalah bagian dari sosialisasi kita. Dan yang namanya sosialisasi, bukan berarti hanya dengan kawan sejenis aja kan? Tapi bisa lintas jenis. Anak laki dengan anak puteri.
Kamu yang kebetulan aktif di masjid sekolahan atau lembaga keislaman di kampus, pasti saling membutuhkan peran masing-masing. Anak laki butuh teman dari kalangan anak puteri, dan sebaliknya. Itu ada gunanya pas kita mengelola dakwah di sekolah atau di kampus. Utamanya ketika kita harus berorganisasi untuk keperluan pembinaan. Berarti berteman itu boleh-boleh saja, selama masih menjaga batasan-batasan yang diajarkan Islam.
Seperti apa sih aturan mainnya? Singkatnya begini, anak putra dan anak puteri kalo bertemu untuk membicarakan suatu keperluan dakwah misalnya, harus tetap menjaga diri. Keduanya usahakan harus bertemu di tempat umum; seperti masjid, jalan, atau ruang kelas. Selain itu, kudu tetap menutup aurat. Terus, menjaga pandangan, artinya mata kamu jangan jelalatan kayak mau maling jemuran (uppsss..). Meski tentu nggak perlu terus menunduk (emangnya lagi ngegojlok semut?). Jangan lupa, kita juga kudu sopan santun dalam berbahasa, artinya kita jangan sembarangan ngomong. Anak puteri kalo pas ngomong dengan anak laki, suaranya jangan dibuat-buat. Tahu kan yang kita maksud? Yes, dibuat semerdu mungkin atau mendesah kayak para pesinden musik dangdut. Sebab, khawatir diterjemahkan lain sama anak laki. Maklum, hubungan ini tetap menyimpan pesona. Sekali lagi, hati-hati!
Untuk semua itu, Allah Swt. telah mengajarkan kepada kita melalui firman-Nya:

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, (TQS an-Nûr [24]: 31)

Dalam ayat lain Allah Swt. Berfirman:
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. (TQS an-Nûr [24]: 30)

Dengan begitu, kamu kudu mampu untuk menjaga dan mempertahankan aturan main itu sebagai tameng dalam berteman dengan lawan jenis. Sebab, banyak juga di antara teman remaja yang ngakunya berteman, eh, buktinya malah pacaran. Kan itu berbahaya sobat. Dosa!
Pacaran? No Way!
Bagi sebagian teman remaja, berteman dengan lawan jenis bisa dijadikan sebagai sarana untuk menjajaki hubungan di antara keduanya. Malah lucunya, banyak juga teman remaja yang sulit membedakan antara berteman dengan pacaran. Maklum, kalo kita lihat di lapangan, anak laki dan anak puteri banyak juga yang main bareng layaknya dengan kawan sejenis. Kadang ada juga yang suka main timpuk-timpukan, atau saling curhat. Perbuatan itu menurut sebagian besar teman remaja adalah wajar alias nggak ada yang perlu dikhawatirkan. Padahal dalam ajaran Islam, hubungan mereka sudah termasuk gaul bebas, meski tidak kelewat batas memang. Tapi celah itu bisa menjadi peluang untuk berhubungan ke arah yang lebih jauh. Maksudnya bisa bikin deket, makin deket dan pengen deket aja. Nggak heran kalo kemudian banyak yang akhirnya nekat z-i-n-a. Naudzubillah min dzalik.
Sobat muda muslim, pacaran adalah salah satu jalan menuju perzinaan. Itu sebabnya, Allah Swt. sudah mewanti-wanti umat Nabi Muhammad ini melalui firman-Nya:

 “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (Al Isra: 32).

Sobat muda muslim, pacaran bagi sebagian besar teman remaja adalah aktivitas normal. Yakni aktivitas yang tidak perlu dipersoalkan. Malah seringkali para aktivis beratnya punya dalil, bahwa pacaran adalah bagian dari proses kehidupan, khususnya dalam mengenal seseorang. Siapa tahu, suatu saat bisa terus ke pernikahan. Walah? Padahal faktanya, banyak juga yang udah bertualang “luar-dalam”, akhirnya kagak jadian alias salah satu mengkhianati, yakni menikah dengan orang lain. Wuah?
Kamu jangan heran or bingung, dalam kondisi kehidupan yang jauh dari ajaran Islam ini, banyak orang, termasuk remaja menjadi liar. Gaya hidup hedonis (mendewakan kenikmatan materi dan jasmani) yang kemudian melahirkan gaya hidup permisivisme (serba boleh). Akibatnya, banyak teman remaja yang memiliki gaya hidup “semau gue”. Khususnya, dalam ajang gaul bebas.Kasihaaan deh kamu….

Oke deh, berteman yes, pacaran no!
____________________________________

Rabu, 23 Oktober 2013

Kepercayaan kepada Tuhan (bagian 3)


( III ) Allah Sendiri Apakah Berhak Untuk Ibadah

Islam meletakkan penekanan lebih besar pada bagaimana kepercayaan pada Tuhan diterjemahkan menjadi benar , hidup taat dan moral yang baik daripada membuktikan keberadaan-Nya melalui kerumitan teologis . Oleh karena itu , motto Islam adalah bahwa pesan utama diberitakan oleh para nabi adalah menyerah kepada kehendak Tuhan dan menyembah-Nya dan tidak begitu banyak bukti keberadaan Allah :

" Dan Kami tidak pernah mengutus seorang rasul pun sebelum Anda ( O Muhammad ) tanpa mengungkapkan kepada-Nya : tidak ada yang berhak disembah selain saya , karena itu Anda harus menyembah-Ku (saja ) . " ( Quran 21:25 )

Allah memiliki hak eksklusif untuk disembah lahir dan batin , dengan hati seseorang dan anggota badan . Tidak hanya bisa ada yang disembah selain Allah , sama sekali tidak ada orang lain yang bisa disembah bersama -Nya . Dia tidak memiliki mitra atau rekan dalam ibadah . Ibadah , dalam arti yang komprehensif dan dalam segala aspeknya , adalah untuk -Nya saja .

"Tidak ada Tuhan yang benar layak disembah selain Dia , Maha Penyayang , Maha Penyayang." ( Quran 2:163 )

Kanan Allah untuk disembah tidak bisa lebih ditekankan . Ini adalah arti penting dari kesaksian Islam iman : La ilah illa Allah . Seseorang menjadi muslim dengan bersaksi kepada hak ilahi untuk beribadah . Ini adalah inti dari keyakinan Islam kepada Tuhan , bahkan semua Islam. Itu adalah pesan utama dari semua nabi dan rasul diutus oleh Allah - pesan Abraham , Ishak , Ismael , Musa , nabi-nabi Ibrani , Yesus , dan Muhammad , semoga rahmat dan berkah Allah besertanya . Misalnya, Musa menyatakan :

" Dengarlah , hai orang Israel, Tuhan Allah kita , Tuhan itu esa . " ( Ulangan 6:4 )

Yesus mengulangi pesan yang sama 1500 tahun kemudian ketika ia berkata :

" Yang pertama dari semua perintah adalah : Dengarlah , hai orang Israel, Tuhan Allah kita , Tuhan itu esa . ' " ( Markus 12:29 )

Dan mengingatkan Setan :

" Jauh dari saya , Setan ! Sebab ada tertulis : Engkau harus menyembah Tuhan , Allahmu , dan hanya kepada Dia sajalah " ( Matius 4:10) .

Akhirnya , panggilan Muhammad sekitar 600 tahun setelah Yesus bergema di bukit-bukit di Mekah :

" Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Esa : tidak ada Tuhan selain Dia ... " ( Quran 2:163 )

Mereka semua menyatakan dengan jelas :

" Sembahlah Allah ... ! Anda tidak memiliki Tuhan selain -Nya ... " ( Quran 07:59 , 7:65 , 7:73 , 7:85 , 11:50, 11:61 , 11:84 ; 23:23)

Apa itu Ibadah ?

Ibadah dalam Islam terdiri dari setiap perbuatan , keyakinan , pernyataan , atau sentimen dari hati yang Tuhan menyetujui dan mencintai , segala sesuatu yang membawa seseorang lebih dekat kepada Sang Pencipta -Nya . Ini termasuk ibadah ' eksternal ' seperti shalat ritual , puasa , zakat , dan haji serta ibadah 'internal' seperti iman dalam enam artikel iman , hormat , adorasi , cinta , rasa syukur , dan ketergantungan . Allah berhak untuk beribadah oleh tubuh, jiwa , dan hati , dan ibadah ini tetap tidak lengkap kecuali hal itu dilakukan dari empat elemen penting : takut hormat Allah , ilahi cinta dan adorasi , harapan dalam ganjaran ilahi , dan kerendahan hati yang ekstrim .

Salah satu tindakan terbesar ibadah adalah doa , memohon -benar Tuhan untuk bantuan . Islam menetapkan bahwa doa seharusnya hanya ditujukan kepada Allah . Dia dianggap dalam kontrol total takdir setiap manusia dan mampu memberikan kebutuhan dan menghilangkan kesusahan . Tuhan , dalam Islam , berhak doa bagi diri-Nya :

" Dan jangan memanggil , bersama dengan Tuhan , apa pun yang tidak bisa menguntungkan Anda atau merugikan Anda , karena lihatlah , jika Anda melakukannya , Anda pasti akan menjadi salah satu penjahat ! " ( Quran 10:106 )

Memberikan orang lain - nabi , malaikat , Yesus, Maria , berhala , atau sifat - sebagian dari ibadah seseorang , yang pada dasarnya karena hanya untuk Allah , seperti shalat , yang disebut syirik dan yang paling besar dari dosa-dosa dalam Islam . Syirik adalah satu-satunya dosa yang tidak terampuni jika tidak bertobat dari , dan mengingkari sangat tujuan penciptaan .

( IV ) Allah Dikenal Dengan Nama -Nya yang paling indah dan Atribut

Tuhan dikenal dalam Islam dengan Nama yang indah -Nya dan Atribut seperti yang muncul dalam teks-teks Islam terungkap tanpa korupsi atau penolakan makna yang jelas mereka, membayangkan mereka, atau memikirkan mereka dalam istilah manusia .

" Dan Nama-Nama Terindah milik Allah , begitu panggilan -Nya oleh mereka ... " ( Quran 7:180 )

Oleh karena itu, tidak pantas untuk menggunakan Penyebab Pertama , Penulis , Zat , Ego Murni , Absolute , Idea Murni , Konsep logis , tidak diketahui , tidak sadar , Ego , Idea , atau Big Guy sebagai Nama ilahi . Mereka hanya tidak memiliki keindahan dan itu bukan bagaimana Allah telah dijelaskan sendiri . Sebaliknya , Nama Tuhan menunjukkan keindahan megah Nya dan kesempurnaan . Allah tidak lupa, tidur , atau lelah . Dia tidak adil , dan tidak memiliki anak , ibu, ayah , saudara , rekan , atau pembantu. Dia tidak dilahirkan , dan tidak melahirkan . Dia berdiri membutuhkan tidak ada karena Dia adalah sempurna. Dia tidak menjadi manusia untuk "memahami " penderitaan kita . Allah adalah Yang Maha ( al - Qawee ) , The One tertandingi ( al- ' Ahad ) , The Akseptor Pertobatan ( al - Tawwaab ) , The Pengasih ( al -Rahim ) , The Ever - Living ( al - Hayy ) , The All - Pendukungan ( al - Qayyum ) , The all - Mengetahui ( al- ' Aleem ) , The All- Mendengar ( al- Samee ' ) , The All- Seeing ( al - Baseer ) , The Pardoner ( al- ' Afuw ) , The Helper ( al - Naseer ) , The Healer Orang Sakit ( al - Shaafee ) .

Dua Nama yang paling sering dipanggil adalah " The Pengasih " dan " The Penyayang . " Semua kecuali salah satu bab dari kitab suci Islam dimulai dengan kalimat , " Dalam nama Allah , Yang Maha Penyayang - , Yang Maha Pemurah . " Ungkapan digunakan , bisa dikatakan , oleh umat Islam lebih sering daripada nama Bapa, Anak , dan Roh Kudus terdengar di doa Kristen. Muslim dimulai pada Nama Allah dan mengingatkan diri dari Kasih Allah dan rahmat setiap kali mereka makan, minum , menulis surat , atau melakukan sesuatu yang penting .

Pengampunan adalah dimensi penting dari hubungan manusia dengan Tuhan . Manusia menyadari akan lemah dan rentan terhadap dosa, tetapi Allah di dalam belas kasihan -Nya bersedia untuk mengampuni . Nabi Muhammad bersabda :

" Kemurahan Allah melebihi murka -Nya . " ( Shahih Al - Bukhari )

Seiring dengan nama-nama ilahi " The Pengasih " dan " The Penyayang , " nama " The Pengampun " ( al - Ghafur ) , " The Maha Pengampun " ( al- Ghaf - faar ) , " The Akseptor Pertobatan " ( at- Tawwaab ) dan " The Pardoner " ( al - Afuw ) adalah yang paling digunakan dalam doa-doa Muslim.

Kepercayaan kepada Tuhan (bagian 2)


Percaya pada Tuhan dalam Islam terdiri dari empat hal :

( I ) Kepercayaan keberadaan Tuhan .

( II ) Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa .

( III ) Allah Sendiri apakah berhak untuk beribadah.

( IV ) Allah Dikenal Dengan Nama -Nya yang paling indah dan Atribut
---------------------------------------------*********-------------------------------------------------------

I) Kepercayaan Keberadaan Tuhan

Keberadaan Allah tidak memerlukan bukti oleh argumen ilmiah , matematika , atau filosofis . Keberadaan-Nya bukan ' penemuan' yang akan dibuat oleh metode ilmiah atau teorema matematis untuk dibuktikan . Cukup berkata , hanya akal sehat menjadi saksi keberadaan Tuhan . Dari kapal kita belajar dari kapal - pembangun , dari kosmos kita belajar dari Sang Pencipta. Keberadaan Tuhan juga dikenal dengan jawaban terhadap doa , mukjizat nabi dan ajaran dalam semua kitab suci diturunkan .

Dalam Islam , manusia tidak dilihat sebagai makhluk berdosa kepada siapa pesan Surga dikirim untuk menyembuhkan luka dosa asal , tetapi sebagai makhluk yang masih membawa sifat primordial -Nya ( al - fitrah ) , jejak pada jiwanya yang terletak terkubur di bawah lapisan kelalaian . Manusia tidak dilahirkan berdosa , tapi pelupa sebagaimana Allah telah mengatakan :

" ... Bukankah Aku Tuhanmu ? Mereka berkata : ' Ya, kami bersaksi ... ' " ( Quran 7:172 )

Dalam ayat ini, " mereka " mengacu pada semua manusia , pria dan wanita . The ' ya ' menegaskan penegasan kesatuan Allah dengan kita dalam keadaan precosmic kami. Doktrin Islam menyatakan bahwa pria dan wanita masih membawa gema ini 'ya' jauh di dalam jiwa mereka. Panggilan Islam diarahkan untuk sifat ini primordial , yang mengucapkan 'ya' bahkan sebelum mereka menghuni bumi . Pengetahuan bahwa alam semesta ini memiliki Pencipta adalah sesuatu yang naluriah dalam Islam dan karena itu tidak memerlukan bukti. Para ilmuwan , seperti Andrew Newberg dan Eugene D' Aquili , keduanya berafiliasi dengan University of Pennsylvania dan pelopor dalam penelitian neurologis agama , mengatakan " Kami kabel untuk Tuhan. " [ 1 ]

Al-Qur'an retoris bertanya :

" ... Bisa ada keraguan tentang Allah , Pencipta langit dan bumi ? ... " ( Quran 14:10 )

Orang mungkin bertanya, 'jika kepercayaan pada Allah adalah alam, lalu mengapa beberapa orang tidak memiliki keyakinan ini ? " Jawabannya sederhana . Setiap manusia memiliki keyakinan bawaan dalam Pencipta , tetapi keyakinan ini bukan hasil belajar atau berpikir deduktif pribadi. Dengan berlalunya waktu , pengaruh luar efek ini keyakinan bawaan dan membingungkan orang . Jadi , lingkungan seseorang dan kerudung asuhan sifat primordial dari kebenaran . Nabi Islam , semoga Allah memuji semua , mengatakan :

" Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (keyakinan alam Allah ) , maka orang tuanya membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani , atau Majusi . " ( Shahih Muslim )

Seringkali kerudung ini diangkat ketika manusia dihadapkan dengan krisis spiritual dan meninggalkan berdaya dan rentan .

( II ) Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa .

Allah adalah satu-satunya Tuhan langit dan bumi . Dia adalah Tuhan alam semesta fisik dan Pemberi Hukum bagi kehidupan manusia . Dia adalah Guru dari dunia fisik dan Penguasa urusan manusia . Allah adalah Tuhan dari setiap pria , wanita, dan anak . Secara historis , hanya beberapa telah membantah adanya Tuhan , yang berarti bahwa sepanjang zaman orang , untuk sebagian besar, percaya pada satu Tuhan , satu Mahatinggi , Pencipta supranatural . Bahwa Allah adalah Tuhan secara khusus mengandung arti sebagai berikut :

Pertama, Allah adalah satu-satunya Tuhan dan Penguasa dunia fisik . Tuhan berarti Dia adalah Pencipta , Controller, dan Pemilik Kerajaan langit dan bumi , mereka secara eksklusif dimiliki oleh -Nya . Dia sendiri membawa eksistensi dari non -eksistensi , dan semua tergantung pada keberadaan -Nya untuk konservasi dan keberlangsungan . Dia tidak menciptakan alam semesta dan meninggalkannya untuk mengejar jalannya sendiri sesuai dengan hukum tetap, setelah berhenti untuk mengambil bunga lebih lanjut di dalamnya . Kekuatan Allah yang Hidup diperlukan setiap saat untuk mempertahankan semua makhluk . Penciptaan tidak memiliki Tuhan selain Dia .

" Katakanlah (hai Muhammad ) : " Siapa yang menyediakan untuk Anda dari langit dan bumi ? Atau yang memiliki pendengaran dan penglihatan ? Dan siapa yang membawa keluar hidup dari kematian dan membawa keluar mati dari yang hidup ? Dan yg mengatur urusan "mereka akan mengatakan : ' ? . Allah ' Katakanlah : ' ? Apakah kamu tidak takut akan hukuman Allah (untuk menyiapkan saingan dengan-Nya ) ' " ( Quran 10:31)

Dia adalah Raja yang selalu berkuasa dan Juruselamat, Allah Pengasih , penuh hikmat . Tidak ada yang bisa mengubah keputusan -Nya . Malaikat , nabi , manusia , dan binatang dan tumbuhan berada di bawah kendali-Nya .

Kedua , Allah adalah satu-satunya Penguasa urusan manusia . Allah adalah Pemberi Hukum tertinggi , [ 2 ] Hakim Mutlak , Legislator , dan Dia membedakan benar dan salah. Sama seperti dunia fisik tunduk kepada Tuhannya , manusia harus tunduk kepada ajaran moral dan agama dari Tuhan mereka, Tuhan yang menentukan benar terpisah dari salah bagi mereka . Dengan kata lain , Tuhan saja yang memiliki kewenangan untuk membuat undang-undang , menentukan ibadah , memutuskan moral , dan menetapkan standar interaksi dan perilaku manusia . Nya adalah perintah:

" ... Sesungguhnya , Nya adalah penciptaan dan perintah , terpujilah Allah, Tuhan semesta alam . " ( Quran 7:54 )

Belief in God (part 1)


PENGANTAR

Di jantung Islam terletak kepercayaan pada Tuhan.

Inti dari keyakinan Islam menjadi saksi frase, La illaha illa Allah, "Tidak ada Tuhan benar layak ibadah, tetapi Allah." Kesaksian keyakinan ini, disebut tauhid, adalah poros di mana seluruh umat Islam berputar. Selain itu, itu adalah yang pertama dari dua kesaksian dimana seseorang menjadi seorang Muslim. Berjuang setelah realisasi kesatuan yang, atau tauhid, adalah inti dari kehidupan Islam.

Bagi banyak non-Muslim, istilah Allah, nama Arab Allah, mengacu pada beberapa dewa jauh dan aneh disembah oleh orang-orang Arab. Beberapa bahkan berpikir untuk menjadi beberapa kafir "dewa bulan". Namun, dalam bahasa Arab, kata Allah berarti Tuhan Yang Esa. Bahkan, Arab Yahudi dan Kristen berbicara mengacu pada Mahatinggi sebagai Allah.


MENEMUKAN TUHAN

Filsuf Barat , mistik Timur serta para ilmuwan saat ini berusaha untuk mencapai Tuhan dengan cara mereka sendiri . Mistik mengajarkan tentang Allah yang ditemukan melalui pengalaman spiritual , Allah yang merupakan bagian dari dunia dan berada dalam ciptaan-Nya . Para filsuf mencari Tuhan meskipun alasannya murni dan sering berbicara tentang Tuhan sebagai terpisah Saksikan pembuat dengan tidak tertarik dalam ciptaan-Nya . Sekelompok filsuf mengajarkan agnostisisme , sebuah ideologi yang menyatakan bahwa seseorang tidak dapat membuktikan ataupun menyangkal keberadaan Tuhan . Praktis berbicara , agnostik menegaskan ia harus mampu melihat Allah langsung untuk memiliki iman . Allah telah berfirman :

" Dan orang-orang yang tidak memiliki pengetahuan mengatakan : ' Mengapa Tuhan tidak berbicara kepada kami atau mengapa tidak [ ajaib ] tanda ditampilkan kepada kami ? " Jadi kata orang-orang sebelum mereka kata-kata impor serupa . Hati mereka semua sama ... " ( Quran 2:118 )

Argumennya adalah hal yang baru, orang-orang di masa lalu dan sekarang telah menaikkan keberatan yang sama .

Menurut Islam , cara yang benar untuk menemukan Tuhan adalah melalui ajaran diawetkan para nabi . Islam menyatakan bahwa para nabi diutus oleh Allah sendiri sepanjang zaman untuk membimbing manusia kepada-Nya . Allah berfirman dalam Al-Qur'an bahwa jalur yang benar untuk kepercayaan adalah untuk merenungkan tanda-tanda -Nya , yang menunjuk kepada-Nya :

" ... Sesungguhnya Kami telah membuat semua tanda-tanda menampakkan kepada orang-orang yang diberkahi dengan kepastian batin. " ( Quran 2:118 )

Penyebutan karya Tuhan sering terjadi dalam Quran sebagai lokus wahyu ilahi . Siapapun yang melihat alam dalam semua heran dengan mata terbuka dan hati yang terbuka akan melihat tanda-tanda jelas dari Sang Pencipta .

" Katakanlah : pergilah ke seluruh bumi dan lihatlah bagaimana [ ajaib ] Dia telah menciptakan [ manusia] dalam contoh pertama : dan dengan demikian , juga akan Allah membawa menjadi kehidupan kedua Anda - untuk , sesungguhnya , Tuhan memiliki kekuatan untuk akan apa-apa. " ( Quran 20:29 )

Karya Tuhan juga hadir dalam diri individu :

" Dan di bumi terdapat tanda-tanda [ keberadaan Tuhan , terlihat ] untuk semua orang yang diberkahi dengan kepastian batin, seperti [ ada tanda-tanda darinya ] dalam diri Anda sendiri : Anda dapat tidak, maka lihat ? " ( Quran 51:20 - 21 )

Keputusasaan dan Bunuh Diri di Islam


Bunuh diri atau  pembunuhan-diri telah dikenal sepanjang catatan sejarah . Hal itu diketahui dan dibahas dalam peradaban Yunani dan Romawi kuno , telah dicatat dalam agama Yahudi dan Kristen dan disebutkan dalam buku-buku klasik Hindu . Bunuh diri atau hara Kiri adalah bagian dari kode kehormatan Jepang kuno dan dicatat dalam budaya Asia . Itu bukan sesuatu yang terbatas pada peradaban Barat dan bahkan menemukan di negara-negara mayoritas Muslim meskipun diketahui bahwa itu adalah sesuatu yang jelas dilarang dalam Islam . Dalam Quran ada sanksi terhadap bunuh diri .

" Dan janganlah kamu membunuh dirimu . Sesungguhnya , Allah adalah Maha Penyayang kepadamu . " ( Quran 04:29 )

" Dan jangan membuang diri dalam penghancuran . " ( Quran 2:195 )

Al-Quran menjelaskan bahwa kehidupan manusia adalah suci . Hidup tidak dapat diambil tanpa pembenaran dan hak untuk hidup yang melekat pada penyewa Islam . Hidup itu sendiri adalah hadiah dari Sang Pencipta bahwa kita wajib untuk merawat . Diri karena putus asa dari rahmat Allah atau masalah duniawi dilarang keras . Nabi Muhammad berkata : Barangsiapa membunuh dirinya dengan sesuatu di dunia ini akan dihukum dengan itu pada hari kiamat [ 1 ] Ini adalah dosa besar dan hukuman yang tunduk pada kehendak Allah . . Jika Dia menghendaki , Dia akan mengampuni , dan jika Dia menghendaki Dia akan menghukum untuk itu . [ 2 ]

Hidup adalah suksesi tak berujung saat. Pada dua ekstrem ada saat-saat menyenangkan yang membuat hati kita melambung dan saat-saat gelap yang menjerumuskan kita ke dalam kesedihan dan khawatir atau bahkan putus asa. Sukacita dan kesedihan yang berhadapan adalah bagian dari kondisi manusia , namun ketika kita kehilangan kendali atas emosi kita, kita dapat dengan mudah jatuh dalam keputusasaan . Keputusasaan adalah perasaan yang kita dapatkan ketika semua harapan telah menghilang dan itu adalah situasi yang sangat berbahaya . Allah memberitahu kita untuk tidak putus asa dan khususnya untuk tidak putus asa dari rahmat-Nya . Allah tidak meninggalkan kita dalam menghadapi godaan dan cobaan yang kita hadapi di dunia ini , ia menaruh belas kasihan dan telah melengkapi kita dengan senjata ampuh . Allah , Maha Penyayang , memberi kita pedoman yang jelas dan menjanjikan dua hal , jika kita menyembah Dia dan mengikuti petunjuk-Nya kita akan dihargai dengan surga dan bahwa setelah kesulitan kita akan menemukan kemudahan .

" Tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh , Kami akan memasukkan mereka ke kebun di mana mengalir sungai-sungai (yaitu , di surga ) , untuk kekal di dalamnya selama-lamanya . [ Hal ini ] janji Allah , [ yang ] kebenaran , dan yang kata-katanya bisa lebih benar daripada Allah . " ( Quran 4:122 )

" Jadi sesungguhnya , dengan kesulitan , ada kemudahan . " ( Quran 94:5 )

Ketika Nabi Yakub berduka dan sedih , ia berpaling kepada Allah , dan Quran memberitahu kita bahwa ia memohon Tuhan untuk bantuan .

" Dia berkata:" Saya hanya mengeluh kesedihan saya dan kesedihan kepada Allah ... " ( Quran 12:86 )

Nabi Muhammad juga mengatakan , " Tidak ada musibah atau penyakit menimpa seorang Muslim , tidak ada kekhawatiran atau kesedihan atau menyakiti atau tertekan - bahkan duri yang menusuk dia - . Tapi Tuhan akan menebus untuk beberapa dosa-dosanya karena itu " [ 3 ]

Agama Islam terutama berkaitan dengan membuat dan menjaga hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa . Salah satu kesalahan terbesar yang orang dapat membuat adalah untuk memisahkan kehidupan duniawi mereka dari kehidupan beragama mereka. Situasi stres yang menyebabkan kita merasa putus asa dan tidak berhubungan dengan Tuhan selalu berasal dalam urusan dunia ini , seperti masalah emosional , stres keuangan , penyalahgunaan zat atau masalah kesehatan . Terutama di abad baru ini salah satu alasan paling umum untuk putus asa adalah rasa isolasi atau pelepasan dari orang lain .

Allah telah berjanji kepada kita bahwa Dia sangat menyadari situasi yang kita hadapi dan Dia telah memberi kita senjata untuk menghadapi mereka . Dalam serangkaian artikel di situs ini kita membahas senjata kesabaran , rasa syukur dan kepercayaan [ 4 ] Namun ketika datang ke putus asa , kondisi yang bisa dalam beberapa situasi menyebabkan seseorang untuk merenungkan mengambil hidupnya sendiri , kita perlu . untuk menggali sedikit lebih dalam , kita perlu mengingatkan diri kita pertama dan terutama bahwa Allah adalah Maha Penyayang dan bahwa apa pun situasi kita menemukan diri kita dalam Dia siap untuk memaafkan dan membantu .

Allah yang paling pengasih , penyayang , dan dermawan telah memerintahkan kita untuk menanamkan sifat-sifat ini dan memperlakukan satu sama lain dengan hormat dan keadilan . Ini termasuk meninggalkan sendirian dengan tidak ada masalah dan kekhawatiran mereka . Sedikit dukungan dan perawatan dapat membantu seseorang menghindari dosa untuk mengakhiri hidup mereka sendiri . Tuhan juga memberitahu kita untuk tidak mengejek , cemoohan , penghinaan , pelecehan atau merendahkan satu sama lain .

"Hai orang yang beriman , janganlah suatu ejekan orang [ lain ] orang , mungkin mereka mungkin lebih baik daripada mereka, janganlah perempuan ejekan wanita [ lainnya ] , mungkin mereka mungkin lebih baik dari mereka . Dan jangan menghina satu sama lain dan tidak saling memanggil dengan [ ofensif ] julukan . Celaka adalah nama ketidaktaatan setelah iman [ seseorang ] . Dan barangsiapa tidak bertobat - maka itu adalah orang-orang yang lalim " ( Quran 49:11 ) .

Kedua Allah dan Nabi Muhammad mengingatkan kita bahwa Dia akan menghukum orang-orang yang melakukan ketidakadilan atau menindas orang lain .

" Dan barangsiapa menindas ( melakukan ketidakadilan ) di antara kamu , Kami akan membuat dia merasakan hukuman yang besar . " ( Quran 25:19 )

Nabi Muhammad mengatakan : " Seorang Muslim adalah saudara Muslim lainnya , sehingga ia tidak harus menindas dia , tidak seharusnya ia menyerahkannya kepada seorang penindas . Siapa pun yang memenuhi kebutuhan saudaranya , Allah akan memenuhi kebutuhannya , siapa pun yang membawa nya ( Muslim ) saudara dari ketidaknyamanan , Allah akan membawa dia keluar dari ketidaknyamanan hari kiamat , dan siapa pun yang disaring seorang Muslim , Allah akan menyaring dia pada hari kiamat . " [ 5 ]

Jadi pasti ada manfaat dalam mengobati orang lain dengan baik , terutama dalam datang meminta bantuan teman-teman atau anggota keluarga yang kewalahan oleh kekejaman hidup dan ketidakadilan . Namun bagaimana dengan orang-orang yang merasa sendirian , dihancurkan oleh keadaan dan tertatih-tatih di tepi keputusasaan . Bagaimana bisa seseorang yang menderita pikiran untuk bunuh diri membawa diri kembali dari tepi jurang ?

Hal ini dapat dicapai dengan berbagai cara , pertama dengan memperkuat hubungan mereka dengan Tuhan . Membaca Quran , mengingat Allah dan membuat banyak doa ( doa ) kepada Allah akan membangun dasar yang solid . Selanjutnya seseorang akan melakukannya dengan baik untuk mengenali tangan setan dalam hal ini . Bisiknya skenario menakutkan kemiskinan dan ketidakberdayaan . Mereka tidak benar , menaklukkan rahmat Allah semua . Cling kepada-Nya dan Islam bahkan di saat yang paling gelap dan malam terpanjang . Seiring dengan senjata disebutkan sebelumnya Tuhan juga memberi kita Nabi Muhammad , rahmat bagi seluruh alam , kepada semua orang . Mencoba untuk meniru dia, ini akan membuat orang putus asa lebih tenang dan dekat dengan Tuhan .

Jika kita sadar bahwa Allah memiliki kontrol atas segala sesuatu dan bahwa Dia akhirnya ingin kita hidup selamanya di surga , kita dapat mulai untuk meninggalkan kesedihan dan khawatir belakang . Jika kita menghadapi ketakutan dan kecemasan dengan penuh kepercayaan pada Tuhan , dan jika kita menunjukkan kesabaran dan rasa syukur dengan semua keadaan sedih dan khawatir akan menghilang atau setidaknya terasa lebih ringan . Nabi Muhammad berkata : Sesungguhnya menakjubkan adalah urusan seorang mukmin ! Mereka semua untuk kepentingannya . Jika dia diberikan kemudahan maka ia bersyukur , dan ini adalah baik baginya . Dan jika ia menderita kesulitan , ia bertekun , dan ini adalah baik baginya . [ 6 ]

Sejarah Singkat



I. Sejarah singkat Pesantren Al-Mahalli Pesantren Al-Mahalli merupakan bentuk kebangkitan kembali dari pesantren yang pernah didirikan oleh AlMaghfurlahu Kyai Muhammad Mahalli Bin Abdullah Umar di Dusun Brajan Desa Wonokromo Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 1937 M, yang pada saat zaman colonial Belanda Pesantren pernah dibumihanguskan. Putra Almarhum bernama Ahmad Mudjab Mahalli yang lahir pada tanggal 25 Agustus 1958 mulai merintis kembali Pesantren ini, dan pada tanggal 10 Oktober 1982 resmilah berdiri Pesantren Al-Mahalli setelah putra Almarhum menyelesaikan belajarnya di pesantren Salafiyah banjarsari Tempuran Magelang. 
Berawal dari pengajian selapanan (35 hari) dan pengajian keliling di berbagai desa, kemudian atas dukungan dari masyarakat berdirilah sebuah Pondok Pesantren (Islamic Boarding School) dengan asrama yang permanent meskipun masih sederhana. 
Akhirnya, pucuk dicinta ulam tiba, anak-anak muda dari berbagai daerah dan pelosok desa yang umumnya dari golongan ekonomi lemah berdatangan dengan maksud yang sama, yakni menjadi santri dan tinggal (mondok) di Pesantren Al-Mahalli. 
Kini dengan jumlah santri tetap sebanyak 450 orang, 350 orang diantaranya tinggal di Asrama, kegiatan Pesantren Al-Mahalli semakin padat dan diikuti oleh berbagai kalangan. Meningkatnya keperluan dakwah dan makin bervariasinya segmen masyarakat yang perlu dilayani serta tambahnya bidang garap yang harus ditangani, maka didirikanlah lembaga-lembaga otonom di lingkungan Pesantren Al-Mahalli, yaitu Madrasah Tsanawiyah Al-Mahalli, Lembaga kajian Pengembanga Islam dan Masyarakat (LeKPIM), Pos Kesehatan Pesantren (POSKESTREN), Koprasi Pondok Pesantren (KOPONTREN), Madrasah Dinyah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Lembaga Dakwah yang semuanya memiliki fungsi dan segmen layanan yang berbeda-beda 


Tujuan Pesantren Al-Mahalli 
Berangkat dari Motto Pesantren Al-Mahalli, yaitu ayat 77 surat AlQoshos, 

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan oleh Allah kepadamu kebahagioaan negeri akhirat, namun janganlah kamu melupakan bagianmu dari kenikmatan duniawi dan berbuat baiklah kepada orang lainsebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” 

Maka pesantren ini didirikan dengan tujuan: 
1. Menciptakan keder-kader ulama yang bertafaqquh fiddin. 
2. Menghidupkan ajaran Rasul melalui kajian, penelitian ilmiah keagamaan serta pengalaman-pengalamannya. 
3. Menciptakan komunitas muslim yang maslahah 
4. Menciptakan kader umat yang mandiri melalui pendidikan ketrampilan. 
5. Dakwah billisan wal hal melalui majlis taklim dan pengabdian pada Masyaraka

Sejarah Singkat Pendiri PonPes Al-Mahalli ( Sang Guru)

KH. Mujab Mahalli

Kiai Mujab, begitulah sehari-harinya ia dipanggil. Ia adalah kiai yang sangat produktif. Bagaimana tidak, sampai saat ini sudah 167 judul buku ia hasilkan. Almarhum K.H A. Mujab Mahalli lahir di Bantul, 25 Agustus 1958 dari pasangan Muhammad Mahalli dan Dasimah. Dari hasil perkawinannya dengan Nadziroh, Kiai Mujab dikaruniai empat orang anak, semuanya laki-laki. Yaitu Ahmad Firdaus Al Halwani, Ahmad Muhammad Naufal, Muhammad Iqbal dan Hadian Sofiyarrahman.
ImageRiwayat Pendidikan
Pendidikan yang pernah ia tempuh dimulai dari SD kemudian melanjutkan ke PGA di Wonokromo. Masuk tahun 1968 lulus 1972. Setelah menyelesaikan PGA, ia melanjutkan ke pesantren Salafiyah Banjarsari, Tempuran, Magelang pimpinan Kiai Muhammad Syuhudi. Selama sembilan tahun ia menimba ilmu di pesantren ini. Kenapa sampai sembilan tahun? Karena selama nyantri kiai Mujab dikenal nakal dan sulit diatur.

Perjalanan nyantrinya memang unik. Pernah suatu ketika Mujab Mahalli tidak diterima di sebuah pesantren. Tetapi oleh bapaknya diserahkan kepada santrinya, Abdullah Busyro. “Iki adikmu tak pasrahke awakmu. Pondokke endi terserah karepmu.” (Ini adikmu saya serahkan padamu. Terserah kamu, dipondokkan ke mana,-red). Karena dia merasa diserahi putra gurunya, dia minta petunjuk mbah Hamid dari Kajoran. Kemudian oleh mbah Hamid ia dibawa ke sebuah pesantren kecil yang jumlah santrinya ketika itu baru 10 orang. Mbah Hamid mengatakan kepada Mujab Mahalli, “Di sini kamu harus 7 tahun. Itu kalau mau jadi. Kalau enggak mau, ya enggak jadi orang.” Begitulah, mulai saat itu dia mulai memperoleh bimbingan spiritual dari kiai Muhammad Syuhudi.

Mulai menulis
Keproduktifannya menulis buku memang tidak begitu saja hadir. Semasa menjadi santri kiai Mujab memiliki banyak buku, seperti buku-buku psikologi berbahasa Arab. Dari situlah Kiai Mujab mendapat inspirasi. Seperti buku “Melahirkan Anak Sholeh” ia tulis berdasarkan tinjauan psikologi dari buku-buku psikologi yang ia miliki.

Di samping itu, pada usia-usia SLTP ia sudah mulai menulis. Pertama sekali menulis cerpen. Cerpen pertamanya berkisah tentang cinta segi tiga dan diterbitkan oleh Majalah Kiblat. Cerita ini menurut penuturannya, bermula dari ketika ia tidak memiliki uang. Suatu ketika ia melihat teman sekolahnya berpacaran, sambil intip-intipan di jendela. Kemudian dia menemui teman wanitanya dan mulai menggoda. Dari situ kemudian ia menulis.

Cerpennya yang lain, “Antara Adzan dan Lonceng”, menceritakan kisah cinta dua anak manusia, yang satu taat beribadah ke masjid dan yang satunya rajin ke gereja. Cerpen ini terinpirasikan dari fenomena setelah beliau melihat dan merasakan ada jarak antara Islam dan Kristen. Banyak cerpen yang ditulisnya masuk media massa saat itu, khususnya Majalah Kiblat dan Rindang.

Dorongan dari Mahbub Junaidi dan Hadiah Mesin Ketik
Di usianya yang masih tergolong muda, 22 tahun, Mujab Mahalli sudah mulai menulis buku. Pertama kali menulis buku tahun 1979 dan terbit tahun 1980 dengan judul “Mutiara Hadits Qudsi” oleh Penerbit Al-Ma’arif Bandung. Hal itu tak lepas dari dorongan Mahbub Junaidi. Yang membuat tertarik Mahbub Junaidi adalah semangatnya yang luar biasa untuk menulis buku, padahal usianya masih tergolong muda. Saking terkesimanya Mahbub dengan Mujab muda, dia menghadiahkan mesin ketik.

Mulai saat itu ia makin giat menulis. Sampai hari ini sudah 167 buku ia tulis, baik terjemahan maupun saduran. Dan sampai saat ini ia masih dalam proses menulis syarah sebuah kitab kuning.

Menggunakan Nama Anaknya sebagai Samaran

Dalam menulis buku, Mujab Mahalli sering menggunakan nama samaran, yakni nama anaknya sebagai samaran. Banyak buku karangannya menggunakan nama-nama anaknya. Misalnya, buku “Melahirkan Anak Sholeh” dengan nama samaran Aba Firdaus Al-Halwani, buku “Do’a-Do’a Mustajab, Do’a-Do’a Yang Didengar Allah, Manajemen Qolbu” dengan menggunakan nama Abu Ahmad Muhammad Naufal, buku terjemah “washoya al-abab lil abna’” buku “Hak-Hak Anak dalam Syari’at Islam” dengan nama samaran Abu Hadiyan Sofiyarrahman, dan buku-buku lainnya.

Suka Duka Menulis
Ketika ditanya suka dukanya menulis, kiai yang suka humor ini mengatakan, sukanya banyak sekali. Dukanya, ketika masih menjadi penulis pemula, ia kena pingpong. “Yang membuat saya sangat marah dulu, kalau ada anggapan bahwa yang backgroundnya bukan orang kampus, seakan-akan karyanya tidak bisa diandalkan. Saya hidup di pesantren. Image yang berkembang, tulisan-tulisan orang pesantren tidak bermutu. Tapi setelah ada dukungan Mahbub Junaidi dan Musthofa Mahdami, ternyata buku kita laku juga,” katanya.

Menurut dia, sukanya menulis itu bukan ketika menerima honor, tetapi suka, bisa berkarya dan suka, karena banyak membaca ketika menyelesaikan sebuah tulisan, dan tulisannya dicetak menjadi sebuah buku.

Mahir Berpidato
Selain mahir dalam bidang tulis-menulis, ternyata kiai Mujab Mahalli juga mahir dalam hal berpidato (retorika). Bahkan sejak usia SMP pula dia sudah berpidato di panggung-panggung.

Menurutnya menjadi muballigh itu mengasyikkan. Sukanya banyak sekali, dukanya tidak ada.”Kalau kita berbicara menulis dan bertabligh itu semua tidak ada dukanya. Itu jika semangat kita semangat dakwah, mengembangkan ilmu, semua hambatan mudah ditembus. Pengalaman harus mendorong motor berkilo-kilo setelah memberi pengajian menjadi biasa, bukan sebagai duka”, tuturnya.

Menjadi Kiai
Kiai A. Mujab merasa beruntung mentaati nasehat Mbah Hamid Kajoran. Karena sepulang dari pondok (1982) ia langsung mendirikan pondok pesantren yang pernah di rintis ayahnya. Ia masih teringat ketika harus memilih antara berangkat ke Timur Tengah, kemudian menjadi pejabat gede dan tidak bisa meneruskan perjuangan bapaknya, atau tidak berangkat tetapi bisa meneruskan perjuangan bapaknya. Waktu masih di Magelang ia pernah mendaftar untuk bisa studi ke Timur Tengah dan diterima. Tetapi karena keinginannya itu diketahui oleh mbah Hamid dan ia kelihatan bingung, akhirnya, “Ya saya memilih tidak berangkat. Mulai saat itu semua ijazah saya bakar,” penuturannya ketika mengenang momentum yang paling menentukan jalan hidupnya.

Berawal dari pengajian selapanan (35 hari) dan pengajian keliling di berbagai desa dan atas dukungan dari masyarakat sekitar maka pada tanggal 10 Oktober 1982 resmilah berdirinya pondok pesantren Al-Mahalli dengan asrama yang permanen meskipun masih sederhana. Pesantren ini beralamatkan di dusun Brajan Wonokromo Pleret bantul Yogyakarta.

Banyak anak-anak muda dari berbagai daerah dan pelosok desa yang umumnya dari golongan ekonomi lemah berdatangan dengan maksud yang sama, yaitu menjadi santri dan tinggal (mondok). Santri pertamanya berjumlah 7 orang. Semuanya dari luar dan mukim di dalam pondok. Sedangkan yang nglaju (santri kalong) dari masyarakat luar sudah banyak, waktu itu sekitar 40-an orang.

Saat ini jumlah santri yang diasuhnya semakin meningkat. Jumlah santri tetap sebanyak 450 orang, 350 orang di antaranya tinggal di asrama. Begitu pula dengan kegiatan yang ada, semakin padat dan diikuti oleh berbagai kalangan. Untuk mengatasi meningkatnya keperluan dakwah dan makin bervariasinya segmen masyarakat yang perlu dilayani serta tambahnya bidang garap yang harus ditangani, maka kiai Mujab mulai mendirikan lembaga-lembaga otonom di lingkungan pesantrennya. Antara lain Madrasah Tsanawiyah Al-Mahalli, Lembaga Kajian Pengembangan Islam dan Masyarakat (LEKPIM), Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren), Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Lembaga dakwah yang semuanya memiliki fungsi dan segmen layanan yang berbeda.

Untuk menyebarluaskan kemahirannya dalam tulis-menulis, kiai Mujab membentuk lembaga Lajnah Ta’lif wan-Nasyr (Penulisan dan Penerbitan). Dengan lembaga ini para santri yang memiliki bakat dalam bidang penulisan dididik langsung oleh Kiai dibantu oleh para ustadz yang telah berpengalaman dalam bidang penulisan. Lembaga ini hingga kini telah menelorkan sejumlah penulis muda yang cukup produktif, khususnya pada penulisan buku-buku keagamaan.

Kiai Mujab dalam Pentas Perpolitikan
Selain berpedikat sebagai seorang penulis dan muballigh, kiai Mujab Mahalli tenyata juga dikenal sebagai seorang politisi. Sorang politisi yang unik dan nyentrik. Ia seorang politisi yang unik dan nyentrik. Ia termasuk aktifis politik murni, yang menjadikan politik sebagai wahana amar ma’ruf nahi munkar. Sebab meskipun aktif di bidang politik ia tidak pernah mau diangkat menjadi anggota legislatif. Ia tidak mau mencari kedudukan lewat politik.

Ketika berpolitik, kiai Mujab selalu memikirkan persatuan umat. Ia tidak menginginkan umat terpecah belah secara tajam karena politik. Pernah di satu pemilu ia berembug dengan sasama kiai NU yang ada di PPP. Kiai-kiai ini kemudian membagi kecamatan-kecamatan, untuk mengatur mana yang dimenangkan Golkar dan mana yang dimenangkan PPP. “Dia saya minta untuk tidak masuk ke kecamatan saya, dan saya juga tidak masuk ke kecamatan dia. Dengan demikian massa kampanye dan pemilunya berlangsung damai-damai saja,” tuturnya sambil tersenyum.

Dari Golkar Kiai Mujab kemudian masuk PKB. Awalnya memimpin partai di tingkat cabang dan sekarang ketua tanfizhi Dewan Pimpinan Wilayah PKB. Sampai di DPW juga ia tidak mau masuk ke DPRD. Alasannya, ia merasa bahwa menekuni pondok pesantren sudah menjadi pilihan dan komitmennya. “Kalau saya sibuk menjadi anggota dewan, kapan saya mengurusi pesantren,” katanya.

Kiai Mujab Mahalli sangat mengharapkan agar para santri mau dan mampu menulis. Oleh karena itu ia berpesan agar para santri itu jangan sampai memiliki semangat konsumen. Dalam kitab “Ta’lim al-muta’allim” kan disebutkan, “Hai orang yang punya nalar, belajarlah menulis. Karena tulisan itu merupakan hiasan bagi orang yang memiliki adab (moral). Kalau kamu orang kaya, karya tulisanmu itu menjadi hiasan. Tetapi apabila engkau miskin, maka pekerjaan yang terbaik adalah menulis.” Beliau juga berpesan kepada para santri dengan kata-kata mutiara yang diciptakannya, “Jadikan otakmu sebagai pencipta bahan pustaka, jangan hanya berfungsi sebagai perpustakaan.”

Karya-karya A. Mujab Mahalli
1. Mutiara Hadits Qudsi
2. Membongkar Rahasia Perdukunan Para Kiai
3. Selamatkan Keluargamu dari Api Neraka
4. Membangun Pribadi Muslim
5. Cinta Suci Perempuan Sufi, Perjalanan Hidup  Rabi’ah Al-Adawiyah
6. Menikahlah, Engkau Menjadi Kaya
7. Asbabun Nuzul
8. Melahirkan Anak Sholeh
9. Do’a-Do’a Mustajab
10. Do’a-Do’a Yang Didengar Allah
11. Manajemen Qolbu, dll. *** (Saychu, Lukman dan Sigit)